Sep 4, 2007

Keterikatan Hati Ini

Seorang hamba yang dhoif, merasakan cintanya yang amat sangat pada kekasih hatinya, belahan hatinya dan tempat ia berbagi rasa. Kekasih hati yang sangat ia cintai.Demikian besar cinta dan keterikatan hati tersebut, ia pelihara dan sirami karena cinta Allah semata. Berdua sudah demikian lama merasakan nikmatnya rasa sakinah mawaddah warahmah dalam sebuah biduk rumah tangga.
Sering kali mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu dan berkali kali itu juga rasa kesepian rindu dan kangen yang wajar timbul dari hati manusia yang dhoif. Demikian besar arti satu sama lain sehingga ketiadaan yang satu membuat yang lain merasakan ada rongga dan lubang di dalam hati mereka, ada sesuatu yang hilang. Hati yang meronta dan menjerit karena rindu sang kekasih. Yang makin menyadarkan besarnya arti masing masing.

Terhenyak sejenak dalam sebuah malam senyap dan sunyi, teringat sebuah paragraf di sebuah buku Memoar Hasan Al Banna yang mengisahkan kisah seorang syaikh bernama syaikh Syalbi.

***

Sudah menjadi kebiasaan kami -- dalam rangka memperingati maulid nabi--setiap malam sejak tanggal 1 hingga 12 rabiul awwal secara berombongan dan bergiliran selalu mengunjungi rumah salah seorang ikhwan. Malam itu tibalah giliran rumah syaikh Syalbi ar rijal yang menjadi jadwal kunjungan.

Kami pun berangkat seperti biasanya setelah isya. Kami berangkat secara berombongan dengan penuh kegembiraan. Saya melihat rumah syaikh Syalbi sangat terang, bersih dan rapi. Dihidangkanlah serbat, kopi dan qirjah seperti biasanya. Kami duduk dan meminta nasehat nasehat syaikh syalbi.
Ketika kami hendak pergi, ia berkata dengan senyum yang lembut, "Datanglah kalian besok pagi pagi sekali agar kita bisa menguburkan Ruhiyah bersama sama." Ruhiyah adalah putri beliau satu satunya. Allah mengaruniakan Ruhiyah kepadanya kurang lebih setelah sebelas tahun dari usia pernikahannya. Ia sangat mencintainya sehingga hampir tidak pernah meninggalkannya sekalipun sedang sibuk bekerja. Ruhiyah kemudian tumbuh menjadi seorang gadis. Ia menamainya Ruhiyah karena putrinya ini menempati kedudukan 'ruh' pada dirinya.
Tentu kami terperanjat," Kapan ia meninggal?" tanya kami spontan. "Tadi menjelang magrib." jawabnya tenang. "Kenapa syaikh tidak memberitahukan kami semenjak tadi, sehingga kami dapat mengajak kawan yang lain untuk kemari bersama sama? Ia menjawab, "Apa yang telah terjadi meringakan kesedihanku. Pemakaman telah berubah menjadi peristiwa yang membahagiakan. Apakah kalian masih menginginkan nikmat Allah yang lebih besar lagi daripada nikmat ini?" Pembicaraan akhirnya berubah menjadi seperti pelajaran tasawuf yang disampaikan oleh syaikh Syalbi.

Beliau mengemukakan bahwa kematian putrinya itu adalah kecemburuan Allah kepada hatinya. Memang sesungguhnya. Allah merasa cemburu kepada para hambaNya yang sholih apabila sampai terikat dengan selainNya atau apabila ia berpaling kepada selainNya. Beliau mengambil buku dalil dengan kisah Ibrahim AS. Hati Ibrahim terikat dengan Ismail, sehingga akhirnya Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail. Ketika hati Nabi Ya'qub terikat dengan Yusuf Alalh swt pun membuat Yusuf hilang dari sisinya sekian tahun. Oleh karena itu jangan sampai hati seorang hamba itu terikat dengan selain Allah swt. Kalau tidak demikian maka sebenarnya ia adalah pendusta dalam hal pengakuan kecintaannya......[dikutip dari Memoar Hasan Al Banna, halaman 80-81]

****

Keterikatan...yah keterikatan hati ini.
Ya Allah sudahkah kutempatkan ia pada tempatnya yang semestinya??
Engkaulah yang menguasai hati hati ini ya Allah.
Tempatkanlah dia pada tempat yang semestinya.

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga)."

Tsukuba, 21 November 2002
catatan kecil yang tercecer
tuk suamiku tercinta semoga Allah mengikat hati kita dengan cintaNya

No comments: