Sep 5, 2007

Freedom to be generous

Dua hari berturut turut mata saya tertumpu pada dua tulisan di dua majalah yang berbeda tetapi memiliki pesan moral yang sama. Saya berkali kali menyakinkan diri bahwa hal ini pun bukan suatu kesengajaan, karena apa yang terjadi pada diri kita termasuk ilmu yang akan kita peroleh pun sudah merupakan takdir yang ditentukan-Nya. Dua tulisan, yang satu bertema filantropis (Philantropy) tulisan dari Ratna Megawangi mengutip dari sebuah buku, mengulas ttg makna filantropis atau dermawan, dimana seseorang tidak perlu menjadi kaya untuk menjadi dermawan dan menolong orang lain.

Dicontohkan bagaimana seorang pemuda yang biasa-biasa saja, bila ia mau ia bisa memiliki dan membiayai anak asuh ‘hanya’ dengan menghentikan kebiasaan merokok dan sebagai gantinya uang rokok tersebut dialokasikan untuk membiayai biaya sekolah anak asuhnya. Intinya adalah bahwa untuk menjadi dermawan kita tidak perlu kaya melainkan sedikit usaha dan tentunya niat bulat untuk berbuat baik menolong sesama.

Tulisan kedua yang saya baca mengulas sedikit ttg kisah Anita Roddick pendiri Bodyshop, yang mendonasikan sejumlah pounsterling untuk dana kemanusiaan. Anita memiliki uang untuk disumbangkan dan ia bisa membuat keputusan yang mantap tanpa dihalangi pertimbangan-pertimbangan yang membuatnya ragu melaksanakan niat baik tersebut. Sekalipun mencontohkan Anita, penulis ini juga mengupas bagaimana sebenarnya kita tidak perlu menunggu nunggu menjadi kaya untuk menjadi seorang dermawan sejati.

Dari kedua tulisan ini saya sependapat bahwa memang tidak perlu menjadi kaya untuk menjadi seorang dermawan, karena kekayaan toh tidak menjamin seseorang menjadi dermawan apabila memang kebebasan dalam berderma tidak ada. Masih terbelenggu dengan berjuta-juta alasan yang membelenggu. Semakin kaya pun akan semakin bertambah apalogi dalam diri, ‘saya harus menabung untuk anak-anak’, ’saya harus membiayai orang tua dan adik’ atau ‘saya harus ini,atau saya masih harus membeli itu’ dsbnya berbagai alasan untuk excuse pada diri sendiri. Akhirnya toh semakin kaya bukannya membuat kita semakin dermawan tetapi semakin kehilangan kebebasan diri untuk berderma (freedom to be generous).

*****

Yah, freedom to be generous.
Satu ungkapan di tulisan kedua yang cukup membuat saya merenung. Di era dimana digembar gemborkan berbagai arti freedom/kemerdekaan, apakah kita, anda sudah merdeka? Merdeka untuk menyisihkan dari uang/harta yang anda miliki kepada orang-orang yang membutuhkan? Apakah anda telah memiliki freedom to be generous? Freedom to be philanthropy?

Dalam Islam diatur mengenai zakat yang merupakan landasan untuk ber-philantropi. Hukum ini pun jauh telah eksis sebelum ada ilmu-ilmu filsafat dan ilmu sosial yang berkembang menciptakan berbagai istilah dan definisi. Arti berbagi telah diajarkan jauh sebelumnya. Kita diajarkan bahwa di dalam harta kita terdapat bagian bagi orang-orang dhuafa (“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” QS 51:19). Bahkan bukan hanya zakat yang menjadi kewajiban umat Islam untuk berbagi, infak, shodaqoh yang merupakan sunnah pun bisa dijadikan bukti bahwa sebenarnya Islam sangat peduli kepada sesamanya, peduli untuk berbagi dan memerdekakan pemeluknya untuk berderma, yah freedom to be generous. Kita senantiasa diingatkan agar jangan menjadi hamba harta, karena harta yang kita miliki itu pun datangnya dari Allah, dan Allah hanya meminta kita sebagian (catatan: tidak semuanya) untuk kita nafkahkan dijalanNya.

’Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui’.(QS 2:261).

Subhanallah. Itulah balasan bagi seorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Di dunia dia ”hanya” menyumbangkan mungkin ibarat satu bulir nasi, tetapi di akherat balasannya yang akan diterima seratus kali lipat bahkan berlipat-lipat bagi siapa yang Dia kehendaki.

dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan memberi balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS 9:121).

****

Tidaklah ada kerugian sedikit pun dalam menjadi dermawan. Allah sudah menjanjikan dalam banyak firmannya bahwa akan melipat gandakan balasanNya. Lantas kenapa kita melihat tidak sedikit dari kita yang masih belum memiliki ’freedom to be generous’? Masih terbelenggu oleh harta dunia sehingga sulit sekali untuk melepaskannya?

Salah satu sifat manusia ini pun dijabarkan Allah dalam firmannya ”wa innahu lihubbil khoiri lasyadid yang artinya: dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (QS 100:8)

Mungkin disamping kita perlu menumbuhkan rasa kepedulian sosial kita pun perlu kembali mengingatkan diri kita, bahwa harta yang baik dinafkahkan di jalan Allah akan menjadi `penerang` jalan kita dan sebaliknya bila kita `bakhil` pelit akan harta kita, maka harta itu akan menjadi penghalang kita mendapatkan kasih, berkah dan rahmatNya.

ada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS 9:35)

Apalagi yang kita tunggu? Memasuki bulan Ramadhan ini, kita masih berkesempatan insya Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan kita, mari kita bebaskan diri dari belenggu ’kecintaan’ dunia. Mari kita bebaskan diri kita untuk menginfakan harta kita, bersedekah bagi orang-orang yang membutuhkan. Yah miliki freedom to be generous!.

Sept, 2007

Sep 4, 2007

Keterikatan Hati Ini

Seorang hamba yang dhoif, merasakan cintanya yang amat sangat pada kekasih hatinya, belahan hatinya dan tempat ia berbagi rasa. Kekasih hati yang sangat ia cintai.Demikian besar cinta dan keterikatan hati tersebut, ia pelihara dan sirami karena cinta Allah semata. Berdua sudah demikian lama merasakan nikmatnya rasa sakinah mawaddah warahmah dalam sebuah biduk rumah tangga.
Sering kali mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu dan berkali kali itu juga rasa kesepian rindu dan kangen yang wajar timbul dari hati manusia yang dhoif. Demikian besar arti satu sama lain sehingga ketiadaan yang satu membuat yang lain merasakan ada rongga dan lubang di dalam hati mereka, ada sesuatu yang hilang. Hati yang meronta dan menjerit karena rindu sang kekasih. Yang makin menyadarkan besarnya arti masing masing.

Terhenyak sejenak dalam sebuah malam senyap dan sunyi, teringat sebuah paragraf di sebuah buku Memoar Hasan Al Banna yang mengisahkan kisah seorang syaikh bernama syaikh Syalbi.

***

Sudah menjadi kebiasaan kami -- dalam rangka memperingati maulid nabi--setiap malam sejak tanggal 1 hingga 12 rabiul awwal secara berombongan dan bergiliran selalu mengunjungi rumah salah seorang ikhwan. Malam itu tibalah giliran rumah syaikh Syalbi ar rijal yang menjadi jadwal kunjungan.

Kami pun berangkat seperti biasanya setelah isya. Kami berangkat secara berombongan dengan penuh kegembiraan. Saya melihat rumah syaikh Syalbi sangat terang, bersih dan rapi. Dihidangkanlah serbat, kopi dan qirjah seperti biasanya. Kami duduk dan meminta nasehat nasehat syaikh syalbi.
Ketika kami hendak pergi, ia berkata dengan senyum yang lembut, "Datanglah kalian besok pagi pagi sekali agar kita bisa menguburkan Ruhiyah bersama sama." Ruhiyah adalah putri beliau satu satunya. Allah mengaruniakan Ruhiyah kepadanya kurang lebih setelah sebelas tahun dari usia pernikahannya. Ia sangat mencintainya sehingga hampir tidak pernah meninggalkannya sekalipun sedang sibuk bekerja. Ruhiyah kemudian tumbuh menjadi seorang gadis. Ia menamainya Ruhiyah karena putrinya ini menempati kedudukan 'ruh' pada dirinya.
Tentu kami terperanjat," Kapan ia meninggal?" tanya kami spontan. "Tadi menjelang magrib." jawabnya tenang. "Kenapa syaikh tidak memberitahukan kami semenjak tadi, sehingga kami dapat mengajak kawan yang lain untuk kemari bersama sama? Ia menjawab, "Apa yang telah terjadi meringakan kesedihanku. Pemakaman telah berubah menjadi peristiwa yang membahagiakan. Apakah kalian masih menginginkan nikmat Allah yang lebih besar lagi daripada nikmat ini?" Pembicaraan akhirnya berubah menjadi seperti pelajaran tasawuf yang disampaikan oleh syaikh Syalbi.

Beliau mengemukakan bahwa kematian putrinya itu adalah kecemburuan Allah kepada hatinya. Memang sesungguhnya. Allah merasa cemburu kepada para hambaNya yang sholih apabila sampai terikat dengan selainNya atau apabila ia berpaling kepada selainNya. Beliau mengambil buku dalil dengan kisah Ibrahim AS. Hati Ibrahim terikat dengan Ismail, sehingga akhirnya Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail. Ketika hati Nabi Ya'qub terikat dengan Yusuf Alalh swt pun membuat Yusuf hilang dari sisinya sekian tahun. Oleh karena itu jangan sampai hati seorang hamba itu terikat dengan selain Allah swt. Kalau tidak demikian maka sebenarnya ia adalah pendusta dalam hal pengakuan kecintaannya......[dikutip dari Memoar Hasan Al Banna, halaman 80-81]

****

Keterikatan...yah keterikatan hati ini.
Ya Allah sudahkah kutempatkan ia pada tempatnya yang semestinya??
Engkaulah yang menguasai hati hati ini ya Allah.
Tempatkanlah dia pada tempat yang semestinya.

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga)."

Tsukuba, 21 November 2002
catatan kecil yang tercecer
tuk suamiku tercinta semoga Allah mengikat hati kita dengan cintaNya

Sep 2, 2007

Jangan Tebar Pesonamu

Seorang istri menceritakan kepada saya, bagaimana ia bersyukur memiliki seorang suami yang ‘sempurna’. Di samping sholih, penyayang, suaminya adalah orang yang penyabar, pengasih, sangat cooperate dalam dakwah istri, tidak canggung dalam membantu urusan rumah tangga, pintar cakap dan ditambah lagi mempunyai wajah diatas rata-rata. Tutur katanya lembut tetapi tegas, emosinya stabil ditambah lagi ilmu dan wawasannya pun sangat luas. Wanita mana yang tidak ingin memiliki suami kriteria ‘sempurna’ ini.

Sejak menikah, bertambahlah cintanya pada sang suami. Tetapi beriringan dengan waktu, dia menemukan ketidak tentraman dengan pesona yang dimiliki sang suami. Tanpa disadari tenyata pesona sang suami ini, dirasakan juga oleh kalangan umum khususnya para ibu-ibu. Dengan berkembangnya sarana komunikasi dan era globalisasi ini, sang suami banyak tampil di khalayak ramai, dan pesona sang suami semakin meluas dirasakan. Di seminar-seminar internal yang pesertanya terdiri dari kaum adam dan hawa. Ataupun lewat tulisan dan ulasan sang suami, banyak para ibu yang menjadi simpatik kepadanya. Sang suami pun menyadari akan ‘pesona’ yang memang ia miliki, dan sedikit ada kebanggaan karena ternyata setelah menikah pun, dia tetap memiliki daya tarik sebagai seorang laki-laki.

Saya tidak bisa menjawab keluhan teman tersebut, tetapi saya merasakan ada kekhawatiran di dalam tuturnya saat menceritakan bagaimana sang suami seaakan ‘menebar pesona’ pada lawan jenisnya. Mungkin awalnya diniatkan sebagai lahan dakwah di kalangan ibu-ibu. Tetapi kemudian sang istri menangkap adanya ‘kesengajaan dalam menebar pesona’ tersebut.

Saya tidak bisa memberikan solusi kepadanya melainkan hanya menyarankan ia agar mengatakan hal yang menjadi ganjalan pada sang suami. Dan apa yang sebenarnya ia inginkan dari sang suami. Karena saya rasa selama komunikasi antara suami istri tetap dijaga, insya Allah rasa kekhawatiran yang berlebihan itu tidaklah perlu.

*********
Rasa kekhawatiran apa yang dia rasakan?? Fitnah apa yang mungkin timbul dari ‘tebar pesona’ ini. Mungkin ia takut ia akan dimadu? atau ia cemburu pada para ‘fans’ sang suami? Atau ia khawatir pesona suaminya menjadi fitnah bagi rumah tangga orang lain?

Menurut saya, kekhawatiran itu wajar dirasakan. Bila kita kembalikan posisi mereka, dimana sang suami memiliki istri yang penuh pesona, lantas apakah dia tidak merasakan cemburu bila sang istri memiliki ‘fans’ tersembunyi?? Atau merasa khawatir sang istri tertarik dengan lelaki lain atau khawatir sang istri akan menjadi fitnah bagi rumah tangga orang lain.
Dari cerita teman di atas, saya melihat titik permasalahannya pada ketidak tentraman sang istri karena sang suami yang menebar pesona. Masalah ‘tebar pesona’ ternyata tidak hanya milik anak anak ABG saja. Dalam lingkungan suami istri pun hal ini mungkin terjadi baik disadari ataupun tidak. Menebar pesona ataupun ditebar pesona.

Sekalipun sudah menikah bukan berarti kita terjaga bila kita tidak menjaga pandangan kita, bukan berarti dengan menikah, lantas kita tidak merasakan ketertarikan pada lawan jenis selain suami/istri kita. Karena fitrah manusia baik dia belum menikah ataupun sudah menikah untuk merasakan ketertarikan/merasa senang dengan perhiasan dunia. Firman Allah dalam surat Al Imran; “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. 3:14)

Sebagai seseorang yang sudah berkeluarga merupakan kewajiban suami istri untuk saling bertausiyah, menjaga agar tidak ada pintu –pintu yang terbuka bagi godaan syeithon. Baik anda sebagai seorang istri ataupun seorang suami, jagalah selalu hati anda dan tentunya membantu orang lain menjaga hatinya. Jagalah pandangan anda dan bantulah menjaga pandangan orang yang melihat anda.

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. 24:30) Katakanlah kepada wanita yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka….(QS 24:31)

Ayat di atas adalah perintah bagi laki laki dan wanita yang beriman agar menahan pandangannya. Disamping menjaga pandangan, kita juga perlu membantu menjaga pandangan suami/istri kita. Salah satu landasannya adalah larangan rasul untuk menceritakan kecantikan/sifat seorang wanita lain di hadapan sang suami. Rasulullah pernah bersabda diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain, lalu dia memberitahukan sifat wanita itu kepada suaminya seakan-akan dia dapat melihatnya.” Larangan ini tentu berlaku bagi suami agar tidak menceritakan sifat /gambaran lelaki lain di hadapan istri seakan istri melihat langsung. Istri menjaga pandangan suami dan suami pun turut membantu menjaga pandangan istri.

****

Kenapa rasul melarang seorang istri bercerita tentang sifat/kecantikan wanita lain. Dengan bercerita sifat-sifat seorang wanita seakan sang suami melihat sendiri, tentulah timbul ketertarikan, keinginan atau harapan positif atau lintasan lintasan hati. Kemudian akan terbukalah pintu-pintu godaan syeithon. Jika anda seorang istri, anda akan merasakan simpatik pada pria tersebut, kemudian anda akan membandingkannya dengan suami anda, betapa suami anda penuh kekurangan dan makin berkuranglah rasa syukur anda karena memiliki suami yang tidak ‘sehebat’ lelaki yang anda jadikan perbandingan tadi. Jika anda seorang suami, anda akan merasakan simpatik pada wanita tersebut, anda pun akan membandingkan istri anda dengan dia, selanjutnya muncul harapan harapan anda pada si wanita lain tersebut.

Rumah tangga bagaimana yang akan berlanjut bila sang suami/istri memiliki rasa simpatik atau ketertarikan pada wanita/pria lain disamping istri/suaminya sendiri???Silahkan anda renungkan sejenak, keluarga sakinah mawaddah wa rahmah tentu jauh darinya. Tentunya anda tidak menginginkan ini terjadi pada keluarga anda, juga tidak menginginkan ini terjadi pada keluarga sahabat anda, atau orang terdekat anda.

******

Biila anda penuh dengan pesona, jangan tebar pesonamu. Setiap orang memiliki pesona tersendiri, cukuplah pesona itu hadir alami tanpa perlu ditebar-tebarkan. Anda tidak ingin membuat seorang suami/istri orang lain menjadi tertarik pada anda bukan?? Anda tentu tidak ingin menjadi pembuka pintu godaan syeithon. Menjadi pembawa masalah dalam rumah tangga orang lain, padahal seorang suami/istri tersebut sudah berusaha menjaga pandangan dan membantu pasangannya dalam menjaga pandangan dengan tidak menceritakan sifat/kecantikan/kelebihan wanita/pria lain. Tetapi kemudian anda hadir dengan membawa pesona??Bantulah menjaga pandangan pasangan lain. Berhati hatilah dengan segudang kelebihan/pesona yang telah Allah limpahkan pada anda semua.

Semoga kita dapat mengembalikan niat awal kita dalam berdakwah.

Sep 1, 2007

Pesan Untuk Para Suami

Bila ada surga di dunia itu adalah rumah tangga yang bahagia, rumah tangga yang penuh dengan rasa sakinah,mawaddah dan rahmah. Dan bila ada neraka di dunia itu adalah rumah tangga yang hancur, suami istri saling menyalahkan, curiga, tidak saling mencintai dan jauh dari rasa sakinah mawaddah dan rahmah

Saya awali pesan ini dengan menggambarkan kedua hal di atas. Dengan menikah anda tidak saja mendapatkan seorang istri, tetapi anda mendapatkan seluruh dunia. Sebagaimana kita ingat rasul bersabda bahwa sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri sholihah. Yang akan menjadikan rumah kita bak surga, baiti jannati. Sejak pernikahan ini, mulai saat ini sampai akhir hayat anda insya Allah, istri anda akan menjadi mitra, patner dan sabahat terbaik. Dengan dialah, anda berbagi berbagai kejadian, melewatkan hari dan tahun bersama. Dengannya lah anda berbagi suka, duka, impian, harapan dan juga kecemasan. Ketika anda sakit, dialah yang akan merawat, ketika anda memerlukan pertolongan dia akan mengupayakan semua yang dia bisa lakukan bagimu. Ketika anda berbagi rahasia padanya, dia akan menjaga rahasia itu dengan amanah; ketika anda perlu nasehat, dia akan memberikan nasehat yang terbaik. Dan dia akan selalu bersamamu.

Ketika anda terbangun di pagi hari, yang pertama mata anda lihat adalah dia. Dia akan selalu bersamamu, dan jika pada suatu waktu dia tidak ada disisimu, maka secara emosi diaada bersamamu. Dia memikirkan, berdoa untuk kebaikanmu dengan sepenuh hati, dan anda ada dalam pikirannya, doanya dan hatinya. Ketika anda tidur di malam hari, terakhir yang anda lihat adalah dia; dan ketika anda bermimpi, anda akan melihatnya dalam mimpimu. Kamulah dunianya dan dialah duniamu.

**********

Hubungan antara seorang suami istri merupakan hubungan yang sangat penuh dengan banyak hal yang mengagumkan. Tidak mudah digambarkan dengan kata-kata, betapa rasa cinta, kasih sayang, keintiman, kedamaian serta kesejukan yang ada mengisi hati kedua pasangan manusia. Penjelasan rasional adalah bahwa semua inilah anugrah dari Allah,dan semua itulah kehendak Allah. Dengan semua kuasa dan kehendakNya, Dialah yang menciptakan dan membuat perasaan ini hadir di hati pasangan suami istri.

Allah mengingatkan kepada manusia yang mencari keberadaanNya bahwa salah satu tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menjadikan rasa kasih dan sayang. Allah berfirman:” Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. 30:21)

Tetapi hati manusia bukanlah sesuatu yang statis, tetapi sangat dinamis. Perasaan dapat berubah setiap waktu. Dan cinta pun dapat terbang dan hilang. Ikatan pernikahan pun bisa menjadi lemah bila tidak dijaga dengan baik dan kebahagian di dalam rumah tangga pun tidak bisa dijamin akan berlangsung terus. Perlu usaha dari kedua belah pihak suami istri untuk saling menjaga keberlangsungan cinta dan kasih mereka. Ibarat sebuah pohon, tanahnya perlu dirawat, dijaga dan dipupuk.

******

Oleh karenanya, inilah sedikit pesan dari saya bagi anda para suami;

1. Di dunia kita, kita hidup di kehidupan yang sibuk dan melelahkan di kelilingi oleh berbagai macam schedule dan deadline. Bagi pasangan, ini artinya kemungkinan anda tidak bisa meluangkan waktu bersama-sama dan berada sendiri di tengah-tengah kesibukan kerja dan komitmen tugas. Anda jangan membiarkan hal ini terjadi terus menerus. Cobalah sesekali anda luangkan waktu untuk melakukan kegiatan secara periodik dengan istri anda. Ingat rasul juga pernah meluangkan waktunya untuk berlomba lari dengan Aisyah r.a. Keluar dengan istri sesering mungkin, lakukan aktivitas bersama, mengunjungi teman bersama, piknik bersama atau sekedar berbelanja di mall bersama.

2. Selalu jaga romantika dalam hubungan anda. Kehidupan modern hampir mengubah kita menjadi robot atau mesin teknologi tinggi tanpa emosi. Menunjukkan emosi dan perasaan yang anda rasakan perlu untuk menjaga ikatan pernikahan terhindarkan dari berkarat, peluruhan. Sebagaimana rasul bersabda untuk menunjukkan rasa kasih dan sayang pada saudara yang kita cintai, ”Katakanlah kepadanya kalau engkau mencintai saudaramu” , sebuah hadist untuk menunjukkan cinta kepada teman karena ikatan ukhuwah. Terlebih lagi bila istri kita yang terikat dengan ikatan suci pernikahan, nyatakanlah.

3. Jangan meremehkan hal-hal penting yang terlihat kecil, seperti membawakan belanjaannya, memijit bahunya atau membukakan pintu mobil dsbnya. Ingatlah bahwa rasul pernah menyediakan kakinya untuk membantu istrinya naik ke atas unta.

4. Usahakanlah untuk menyediakan waktu sholat berjamaah dengan istri. Memperkuat hubungan anda dengan Allah merupakan jaminan terbaik agar pernikahan anda akan selalu terjaga kuat. Merasakan kedekatan dan kedamaain dalam hubungan anda dengan Allah akan terimplikasikan dalam hubungan anda dengan istri di rumah. Ingatlah bagaimana rasul memberikan apresiasi yang sangat besar bagi pasangan yang bangun malam hari untuk sholat lail bersama atau seorang istri/suami yang membangunkan pasangannya untuk sholat lail sekalipun dengan memercikkan air di muka pasangannya.

5.Lakukan usaha terbaikmu untuk menjadi terbaik bagi istri dengan kata-kata dan dengan perbuatan. Bicaralah padanya dengan baik, senyum padanya, minta nasehatnya, mintalah pendapatnya, dan luangkan waktu yang berkualitas dengannya dan selalu ingat bahwa rasul bersabda ”Yang terbaik diantara kamu adalah terbaik memperlakukan istrinya”

6. Adalah hal biasa yang terjadi dimana pasangan berjanji untuk mencintai dan menghormati istri/suaminya sampai maut memisahkan mereka. Saya percaya bahwa janji ini adalah baik dan sangat baik. Tetapi hal ini tidak cukup. Anda harus mencintai apa yang dicintai istri anda. Keluarganya, dan hal-hal yang dia cintai harus menjadi kecintaan anda pula.

7. Tidak cukup pula mencintainya sampai maut memisahkan. Cinta tidak boleh mati dan kita percaya bahwa ada kehidupan akherat, kehidupan setelah mati. Dan insya Allah, akan dipertemukan kelak di akherat. Sebagaimana rasul mencintai Khodijah istrinya yang telah menemani beliau selama 25 tahun, beliau terus menerus mencintai khodijah dan mengingatnya. Setelah kematian khodijah beberapa tahun berselang, rasulullah tidak pernah melupakannya bahkan sanak kerabat dan teman khodijah beliau utamakan yang terkadang membuat Aisyah cemburu.

8. Cintailah istri anda, dan apa yang dicintainya. Cintailah ia tidak hanya sampai maut memisahkan tetapi sampai anda dikumpulkan bersama kelak di akherat, insya Allah

Semoga nasehat atau ajakan ini dapat menambah kecintaan anda dan kecintaan istri anda

August 2004, ani_soekarno@yahoo.com
teruntuk suamiku, thanks for your love
(catatan kecil yang tercecer plus kutipan advice to husband by Sherif Mohammed)

Aug 25, 2007

Para Ayah.Dimanakah Kalian?

Kepulangan suami berlibur selama 3 minggu membawa perubahan yang cukup significant dalam pertumbuhan anak-anak saya. Saya bertiga dengan anak-anak yang sulung putri berusia 4 tahun dan putri kedua berusia 2 tahun, harus berpisah jarak selama satu tahun. Kedua anak saya lahir di Kyoto dan Yokohama. Ketika putri pertama berusia 3 tahun, kami memutuskan untuk memulangkan saya dan anak-anak ke tanah air lebih awal karena alasan dinas kantor tempat saya bekerja, sedangkan suami harus melanjutkan studi doktornya selama 1 tahun lagi di Jepang.

Awal saya mengamati pertumbuhan anak-anak yang jauh dari ayahnya, tidak menunjukkan perbedaan yang significant. Justru yang saya amati terdapat perbedaan adalah anak kedua, dimana pada masa pertumbuhan dari umur setahun menuju dua tahun, dia tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Berbeda dengan si sulung, yang ketika lahir, keluar dari rahim ibunya, ayahnya sudah menantikan tepat saat dia hadir di dunia ini, ketika dia bayi, dimandikan ketika dia belajar duduk, merangkak dan berjalan dibawah tatapan mata sang ayah. Bahkan ketika dia mulai mengatakan kata-kata pertamanya. Ketika saya harus sibuk dengan riset di lab, dia akan tidur bersama ayahnya, dirawat, mandi ganti popok, disuapin dan bermain dengan ayahnya. Begitu banyak interaksi dengan sang ayah. Alhamdulillah dia tumbuh menjadi anak yang riang, pemberani, mandiri bahkan istilah ‘hitomishiri’ (alert terhadap orang lain/asing) tidak dialami. Ikatan emosional dengan sang ayah pun terjalin dengan kuat. Dan saya pun memperlakukannya sejak awal bukan sebagai bayi karena kemandiriannya. Dia tumbuh menjadi teman, adik, rival bahkan terkadang kakak yang mengurui ibunya. Banyak kenangan dan momen dia lalui bersama sang ayah tercinta.

Anak yang kedua, banyak sekali momen-momen pertumbuhannya tanpa kehadiran sang ayah. Ketika dia belajar merangkak, saat umur 6 bulan, sang ayah harus pergi keluar kota karena melakukan eksperimen lab selama 2 minggu di bagian Jepang utara. Dan selama waktu 2 minggu itu pula, bidadari kecil ini mampu merangkak merayap mengikuti jejak-jejak kaki dari satu ruangan ke ruangan lain. Ketika dia belajar berjalan, jatuh dan bangkit kembali, sang ayah pun melewatkan masa-masa ini. Begitu banyak pertumbuhan dalam jangka waktu setahun dan itu dilaluinya tanpa kehadiran tangan lembut ayahnya yang siap membantu. Entah kenapa akhirnya perlakuan saya pun menjadi berbeda. Saya kerap menganggapnya ‘my little baby’ dan anggapan itu justru mulai terasakan pada saat merawat dan mengamati pertumbuhannya. Dia tetap ‘my little baby’ dan tumbuh menjadi anak yang lebih sensitif, lembut dan lebih kalem dibandingkan sang kakak. Sayangnya dia tidak begitu banyak memiliki momen dan kenangan bersama sang ayah. My little baby merasakan bersaing dengan sang ayah untuk memperebutkan diriku dan dia perlu beberapa tenggang waktu untuk mengenali sang ayah dan mengijinkannya masuk dalam hidupnya, berbeda dengan sang kakak yang langsung memeluk dan mendaratkan bertubi-tubi ciuman. Suatu hal yang terkadang membuat suamiku bersedih karena hak anaknya untuk diasuh oleh dirinya tidak bisa terpenuhi.

******

Anak-anak yang tumbuh dengan kehadiran sang ayah dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran sang ayah, tentulah berbeda. Disadari atau tidak disadari ada peran-peran sang ayah yang tidak dapat digantikan oleh pihak lain. Tentu yang dimaksud kehadiran sang ayah disini adalah kehadiran ayah secara fisik dan emosional. Bukan sembarang ayah tetapi ayah yang mampu berinteraksi secara emosional, memahami dan mengenal emosi anak-anaknya, mampu mendorong serta mendukung secara moriil.

Banyak hasil riset dan pendapat para ahli psikologi yang menyatakan bahwa keterlibatan seorang ayah dalam mengasuh anaknya adalah penting. Peran ayah yang tidak dapat digantikan oleh sang ibu ini, dapat membentuk kecerdasan emosional anak dalam kehidupan sosialnya, bergaul dengan teman-teman dan kesuksesan di sekolah. Kehadiran ayah dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada diri anak.

Pengaruh sosok ayah ini juga dikatakan memiliki kekuatan yang tetap. Bukan hanya ketika anak itu sudah menginjak remaja, semasa kecil masa balita, interaksi ayah dan anak ini akan semakin menguatkan. Pada banyak kasus dimana ayahnya hadir dan merawat ketika mereka balita, anak tumbuh dewasa menjadi sosok pribadi yang lebih simpatik, empati, hangat dan cenderung memiliki hubungan sosial yang baik dan rasa percaya diri yang tinggi.

Para ayah lazimnya berinteraksi dengan anaknya berbeda dengan cara sang ibu berinteraksi. Ibu umumnya berinteraksi dengan lebih tenang, stabil dan lembut. Bermain dengan lembut atau membacakan sebuah buku cerita dengan tenang. Ibu akan lebih cenderung memainkan mainan yang sudah lazim seperti cilukba, tepuk tepuk, membaca buku, mengerakkan mainan atau puzzle. Dengan ayah, anak akan bermain lompat lompat, memanjat, kuda-kudaan atau pesawat terbang dengan mengangkat tubuh anak, permainan-permainan yang melibatkan emosi tinggi dan menggairahkan. (Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, John Gottman).

Ayah akan menjadi ‘pelatih emosi’ yang berbeda dengan ibu , dengan dua pelatih emosi yang berbeda inilah diharapkan hasil didikan ibu dan ayah akan mencapai keseimbangan dalam pribadi seorang anak.

****

Orang tua memegang peranan yang amat dominan dalam perkembangan anaknya, sebagaimana sabda Rasul SAW, walaupun tidak menafikkan banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Kedua orang tua memiliki ‘warna’ untuk mewarnai dunia anak-anaknya.
"Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (Hr.Bukhari).
Ayah dan ibu, memiliki peran masing-masing yang saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas.
Ayah menjadi panutan yang sangat dibutuhkan bagi anak dan umumnya sentuhan kasih ayah lebih berkesan mendalam di hati anak-anak. Ada istilah ayah hero anak-anak karena peran yang unik dan istimewa dimana ayah menjadi pujaan hati oleh gadis kecilnya dan menganggap seorang ibu adalah saingan. Disana ia akan belajar mengenai figur laki-laki yang akan memberikan sudut pandang laki-laki, gadis kecil ini akan tumbuh menjadi sadar dengan identitas kewanitaannya. Selama ibu dan ayah bisa menjelaskan secara proporsional pada masa ini, gadis kecil anda akan mulai belajar mengenal figur sosok laki-laki secara baik (Majalah Ayah Bunda)
Ayah juga merupakan panutan yang berbeda dengan ibu. Ketegasan yang berbeda dengan ketegasan seorang ibu, penyayangnya yang berbeda dengan penyayangnya ibu dan masih banyak lagi, sorot mata kecil anak-anak kita mengamati sosok ayah yang tentunya berbeda dengan ibu.
Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya: "Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir.”
*****
Menyadari pentingnya peran ayah tersebut, sangat disayangkan sekali bila masih banyak ayah-ayah yang ‘bertebangan’ diluar yang melewati masa-masa pertumbuhan anaknya, yang tidak berinteraksi dalam merawat dan membentuk ikatan dengan anak-anaknya.
Untuk ayah yang sedang berpisah dengan keluarga, mungkin sebuah pilihan yang terpaksa dilakukan, maka sebaiknya bicarakan dengan baik-baik dan berusaha menjaga komunikasi dengan anak-anak sesering mungkin baik melalui telpon, chatting internet dengan kamera dan speaker audio atau lewat surat untuk anak-anak yang telah dewasa.
Untuk ayah-ayah yang berada di rumah tetapi tidak berinteraksi dengan baik, cobalah makin meningkatkan interaksi anda. Be there when they need you.
Serpong, Maret 2004
catatan yang tercecer mengenang kepulangan suami.
Teruntuk para ayah yang sedang ‘ganbatteru’ di Jepang. Semoga ‘waktu yang hilang’ dapat kembali.

Aug 22, 2007

Kangae no Sora

Kangae no sora. Lautan pikiran.
Yah lautan pikiran-pikiran. Saya memilih kata-kata ini mewakili apa yang ada di dalam blog, tulisan-tulisan yang merupakan hasil dari pemikiran, renungan atau ide-ide.

Subhanallah. Syukur saya kepada Allah, karena semakin saya menjelajahi berbagai blog yang penuh dengan berbagai tulisan, makin saya menyadari bahwa pikiran-pikiran kita, manusia, ternyata memang demikian luas, seluas langit ini, tanpa ada batas.

Pikiran-pikiran yang tertuang didalam tulisan mewakili bahwa pikiran kita tidak terkekang, lewat tulisan-tulisan kita bisa menuangkan semua benak kita, pendapat kita yang mungkin apabila secara lisan kita ungkapkan, mungkin ada kendala yang tentunya berbeda untuk setiap orang. Saya sadar bahwa menulis bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang untuk mengemukakan pikirannya, ada yang merasa ungkapan secara lisan lebih mewakili. Tetapi ada juga sebaliknya, ungkapan secara tulisan lebih mewakili pikiran-pikirannya.

Terlepas dari itu, berpikir benar-benar suatu anugrah yang maha dahsyat dari sang Maha Kuasa. Berkali-kali Ia mengingatkan kita, Afala ta’qilun?? Tidakkah kamu berpikir? Manusia dianugrahkan akal untuk memikirkan semua yang ada disekitarnya, memikirkan untuk apa ia diciptakan, memikirkan untuk apa Allah menciptakan langit dan bumi, menciptakan segala sesuatu. Dan ternyata pikiran-pikiran manusia yang demikian lepas bebas di dalam benak dan akal ini, mungkin tidak akan pernah cukup untuk diungkapkan baik dalam perkataan maupun tulisan.

Lewat tulisan inilah, semoga Kangae no Sora, langit pikiran-pikiran saya dapat terekspresikan, tersharing dan bermanfaat baik buat saya pribadi dan buat yang lain. Pikiran-pikiran yang terbang, menjelajahi tempat dan waktu, pikiran-pikiran yang penuh gejolak, bebas dan lepas, tanpa terbelenggu.

Saya percaya, ketika kita ’memenjarakan’ seseorang kita tidak akan mampu ’memenjarakan’ ide-idenya, pikiran-pikirannya. Sekalipun badannya terkekang, pikirannya tetaplah bebas merdeka. Lewat jeruji penjara pula lah banyak sekali hasil-hasil pikiran-pikiran/pemikiran yang lahir, banyak pemikiran yang melahirkan sebuah revolusi, dan tidak sedikit pula pemikiran yang menciptakan sebuah perubahan.

Yah karena itulah saya menamakan blog ini dari dasar bahwa pikiran itu tidak berbatas seperti langit. Kangae no Sora.